Melawan Melalui Gambar dan Kata

Dari luar ruangan, sudah terlihat bahwa pameran Transit #2: Zona Transisi di dalam Selasar Sunaryo Art Space akan menarik. Kaca-kaca galeri penuh dengan coretan piloks merah putih yang berisi kata-kata. Sebelumnya, dalam pameran apapun, kaca-kaca tersebut selalu bersih dan menampilkan citra jernih ke dalam ruangan.

Sebuah sosok manusia dan anjing yang berada di tengah ruangan segera menarik perhatian. Dinding ruangan penuh coretan kata-kata di samping kiri, kanan, juga langit-langit yang berseru tentang ketidakpuasan pada hal-hal yang seimbang dalam sosial, ekonomi, demokrasi, dan penyelenggara sistemnya. Karena menurut Arman, seperti yang ditulis dalam katalognya, kalimat atau kata-kata lebih tajam dari mulut dan gambar.

Insting Massa oleh Arman Jamparing

Bilal Dan Picung Tokoh Fiktif Cerita Bomber oleh Arman Jamparing

Angerholic oleh Arman Jamparing

Pria kelahiran Garut pada 1975 ini biasanya sudah memiliki kata-kata dalam benak sebelum tercermin dalam aksi. Ide-ide tersebut dipicu dari masalah harian yang bertumpuk dan menahun. Biasanya ia menampilkan karyanya pada ruang publik sehingga acap kali dianggap sebagai aksi vandalistik. Namun, sebagaimana yang ditulis Aminudin TH Siregar, Arman berpikir, "Bukankah baligo caleg dan tokoh politik tak kalah vandal dan polutif? Bukankah iklan-iklan produk yang persuasif di sepanjang jalan tak hanya mendoktrin kita pada mitos baru dalam budaya konsumtif, tetapi lebih untuk menaturalisasikannya? Bukankah itu berbahaya dan keji? Dan bukankah coretan dinding di masa pra sejarah telah memperlihatkan bagaimana manusia memiliki naluri untuk menyampaikan komunikasinya dengan cara apa saja?"

Arman memang seorang seniman yang mengeksplorasi performance art radikal yang menyuguhkan tindakan 'anarkis' terhadap ruang pameran. Arman mencoret-coret dinding, memukul-mukul, berteriak dalam aksi spontan yang suka diprediksi. Menurut Aminudin, aksinya memang mengundang kita pada suasana tegang dan penuh kejutan. Opini yang selalu spontan selalu ia utarakan terhadap kisruhnya situasi sosial politik menjelang peristiwa reformasi 1998.

Namun coretan Arman bukanlah tanpa tujuan. Melalui karyanya, ia berharap orang-orang dapat memiliki visi baru dan konsep baru untuk masa depan.

Biasanya saya tidak suka karya-karya rebel dengan kata-kata panas seperti propaganda, radikal, kebodohan, kemiskinan, atau lawan. Namun eksekusi Arman Jamparing yang rapi serta kematangan ide membuat karya-karyanya tidak hanya memberi sebuah pesan, melainkan keindahan. Mereka bukan hanya sekedar coretan. Bagi saya, mereka juga memiliki konsep.

Seusai melihat pameran, saya jadi berpikir bahwa melawan hal-hal yang sudah mapan memanglah tidak mudah. Orang-orang ketakutan jika zona nyamannya tentang hal-hal yang sudah diyakininya terganggu, bergeser, mulai ragu, dan berubah. Oleh karena itu, aksi seperti Arman jarang mendapatkan tempat pada ruang-ruang steril yang biasa didatangi oleh banyak kalangan dengan latar belakang berbeda. Ketiadaan ruang membuat aksi-aksi perlawanan ini membuat mereka tersudutkan di jalan.

Untuk melihat karya lainnya, bisa dilihat di sini.

Nia Janiar

Orang Bandung yang sedang berdomisili di Jakarta. Percaya dengan tulisan sederhana namun bermakna. Tulisan dari hati akan sampai ke hati lagi. Berkegiatan menjadi buruh tulis di media. Kadang jalan-jalan, nonton gigs, atau ke pameran seni. Senang berkenalan dengan pembaca.

3 Comments

Komentar di blog ini akan dimoderasi agar penulis dapat notifikasi komentar terbaru.

  1. menarik sekali,,, ingin liat yang lainnya

    ReplyDelete
  2. bagus bagus teteh...cek juga teh karya nya di owah.weebly.com
    "Act Move"

    ReplyDelete
  3. Sudah berkunjung balik. Website yang keren!

    ReplyDelete
Previous Post Next Post

Contact Form