Kita Ingat Maka Terjadilah

Begitu FX Harsono bilang bahwa karyanya terinspirasi dari foto-foto dokumentasi milik ayahnya yang merekam gambar tulang belulang warga Tionghoa di Indonesia yang dibantai tahun 1943, saya merasakan pameran tunggal pertamanya di Bandung ini akan bersifat sentimentil. Foto-foto itu dipajang di karyanya "Monumen Bong Belung" yang dihiasi lampu kecil kemerahan. Tengkorak berada di balik pendar. Bersatu. Melingkar.

Monumen Bong Belung, 2014

Monumen Bong Belung, 2014

Karya yang menurut saya fenomenal lainnya adalah "Masa lalu dari Masa Lalu". Di tengah ruangan terdapat sebuah perahu kayu yang berisi dengan lampu-lampu dan terdampar pada huruf-huruf yang bertumpuk seperti pasir. Di depannya ada sebuah kursi kayu. Saya berpikir lampu-lampu merah itu sebagai metarfora darah. Sementara teman saya, Andika, berpikir lampu itu merupakan metafora dari para roh yang belum berpulang dan masih menuju suatu tempat--roh kebingungan korban pembantaian.

Masa Lalu dari Masa Lalu, 2011

Karya-karya Harsono memang karya akan metafora, termasuk tujuh karya yang ditampilkan di galeri Selasar Sunaryo ini. Proses interpretasi itu terus berjalan ketika melihat video dan instalasi pada karya "Menulis dalam Hujan". Di video itu, Harsono menuliskan kata-kata dalam bahasa Mandarin dengan tinta hitam pada sebuah kaca. Kemudian hujan turun, melunturkan kata-kata itu, namun Harsono tetap menulis. Video pun memperlihatkan air tinta yang luntur di lantai.




Di depan video, terdapat tiga buah meja belajar di sekolah yang tengahnya berlubang. Saya mengira-ngira mungkin karya ini menggambarkan tentang kata-kata yang tidak terucapkan. Dicoba dituliskan namun "dihilangkan". Kata-kata yang tidak pernah sampai ke generasi selanjutnya. Andika juga menambahkan tentang kemungkinan penghilangan sisi sejarah menurut mereka di sekolah-sekolah.

Satu sisi dinding galeri juga dipenuhi oleh bentangan kain yang merupakan karya "Menulis Ulang pada Makam". Seniman yang mendapatkan Prince Claus Award 2014 ini menggosok pastel di atas nisan orang-orang Tionghoa yang sudah dikuburkan dengan layak sehingga kata-katanya tercetak pada kain. Pastel merah di atas kain putih. Merah memang warna khas Tiongkok. Namun apakah merah adalah metafora peristiwa darah?

Menulis Ulang Pada Makam, 2014

Menulis Ulang Pada Makam, 2014

Memang, sejak awal tahun 2000an, persoalan ingatan-ingatan personal menjadi subjek baru dalam karya-karyanya. Agung Hujatnikajennong, kurator pameran, mengatakan, "Berangkat dari keluarganya, Harsono menelusuri kembali berbagai tempat, peristiwa, kisah-kisah (dalam buku-buku sejarah, mitos, ataupun tuturan) dan artefak-artefak yang ia anggap mewakili narasi sejarah tentang etnis Tionghoa di Indonesia)."

Sinar dalam Koper, 2014

The Light of Journey, 2014

Melihat pameran ini, Andika jadi membayangkan betapa ngerinya jika keluarganya dibantai. Saya juga membayangkan perasaan terancam tinggal di sebuah lingkungan yang mencurigai, membedakan, dan membinasakan akan sesuatu yang tidak saya minta. Hal yang lebih mengerikan adalah jika kesempatan untuk mengatakan hal yang sebenarnya itu dibungkam.

Nia Janiar

Orang Bandung yang sedang berdomisili di Jakarta. Percaya dengan tulisan sederhana namun bermakna. Tulisan dari hati akan sampai ke hati lagi. Berkegiatan menjadi buruh tulis di media. Kadang jalan-jalan, nonton gigs, atau ke pameran seni. Senang berkenalan dengan pembaca.

Post a Comment

Komentar di blog ini akan dimoderasi agar penulis dapat notifikasi komentar terbaru.

Previous Post Next Post

Contact Form