Segala pengalaman dan peristiwa yang diterima oleh panca indera pasti akan tersimpan pada ingatan--secara sadar atau tidak sadar. Untuk yang gemar musik, kita akan mengingat sosok musisi, konser, atau peristiwa seperti kematian musisi yang disayangkan banyak orang seperti Kurt Cobain atau Amy Winehouse. Untuk yang gemar seni pun demikian; kita mengingat sosok seniman, karya-karya yang ditampilkan di pameran yang telah diselenggarakan, dan peristiwa lainnya.
Khusus untuk seni, ingatan tersebut masuk ke dalam memori artistik. Memori artistik bisa simpan atau digali agar bisa muncul kembali. Nah, menyimpan dan memunculkan memori artistik ini menjadi latar belakang kurator pameran seni berjudul
re-emergence (2017) yaitu Agung Hujatnikajennong. Agung meminta para seniman untuk mengingat perjumpaan artistik yang bermaka sepanjang hidup para seniman. Mereka saling berdiskusi. Nama-nama seniman lain yang muncul diingatan berasal dari berbagai konteks tempat dan masa:
Agus Suwage, Andry Moch,
Jompet Kuswidananto,
Mella Jaarsma, S. Sudjojono, dan lainnya.
Hasil menyimpan dan memunculkan memori artistik tersebut bisa dilihat di pameran
re-emergence yang digelar di Selasar Sunaryo Art Space (SSAS). Pameran ini berlangsung dari 16 September 2017 hingga 22 Oktober 2017. Jadi, pameran berlangsung masih lama yaa. Kalian ada kesempatan untuk datang. Saya, suami, dan sahabat sudah datang ke
re-emergence yaitu saat pembukaan pameran pada 16 September lalu. Hasilnya, kenyang!
Bagaimana tidak kenyang? Pameran ini menampilkan 30 karya seniman. Seniman-seniman ini pernah mengikuti pameran dua tahunan
Bandung New Emergence. Karya-karya mereka tersebar luas di seluruh ruang pameran SSAS. Pokoknya siapkan tenaga dan pikiran yang lapang untuk bisa menikmati karya-karya seni ini.
Karya-karya seni yang ditampilkan beragam, dari lukisan, video, patung, instalasi, hingga pertunjukkan seni (tapi yang ini sepertinya hanya pada saat pembukaan saja). Bagi saya, ide yang ditampilkan begitu segar, jadi tidak akan bosan melihatnya.
|
Lupa dicari tahu namanya. :D |
|
Sleep for Peace karya Agugn (dan ketiga lukisan di belakang) |
|
Gejolak Nikmatna Dunya Saharitaeun karya Mufti Priyanka |
|
Gejolak Nikmatna Dunya Saharitaeun karya Mufti Priyanka |
Dari semua karya, mungkin karya dari Sekarputri Sidhiawati menjadi karya favorit saya, suami dan sahabat. Alasannya karena
witty, cenderung ironi, dan begitu dekat dengan keseharian. Hahaha.
|
My compedium of being (Ringkasanku tentang Menjadi) karya Sekarputri Sidhiawati |
|
My compedium of being (Ringkasanku tentang Menjadi) karya Sekarputri Sidhiawati |
|
My compedium of being (Ringkasanku tentang Menjadi) karya Sekarputri Sidhiawati |
Kalau balik lagi ke tema menyimpan dan memunculkan ingatan. Kita bisa mengetahui ingatan khusus apa yang dimiliki oleh seniman tersebut sehingga ia menghasilkan sebuah karya yang ditampilkan di
re-emergence. Hal seperti ini bisa diketahui pada saat
artist talk yang diadakan pada 23 September dan 13 Oktober 2017. Salah satunya ada Muhammad Ziqo Albaiquni yang akan membicarakan S. Sudjojono. Mungkin Sudjojono-lah yang menginspirasi karyanya. :D
|
The Secret Knowlegde of The Backyard karya Muhammad Zico Albaiquni |
|
Datang ke pameran saat pembukaan memang memiliki kesan tersendiri daripada jika datang saat pameran sudah berlangsung. Kita bisa melihat senimannya atau pertunjukkan seninya. Kekurangannya satu yaitu suasana ruang pamer jadi penuh sehingga banyak distraksi, kesannya terburu-buru, dan stimulus yang kita terima jadi berlebihan (karena melihat banyak orang).
Walaupun saya bukan seniman, saya juga memiliki memori artistik. Mungkin tidak seperti mereka yang menerjemahkan kembali melalui karya seni, saya hanya bisa mengeluarkan sesuatu yang saya bisa yaitu tulisan. Kalau kamu memunculkan ingatan melalui apa?
kalau aku suka lihat seni yang bisa terbaca, kalau abstrak susah mengerti maunya seniman
ReplyDeleteIyaaa, setuju. Kadang abstrak bikin bingung. Jadinya liat aja tanpa nyoba nerjemahin. :D
ReplyDelete