Review Pakai Menstrual Cup dari OrganiCup Pertama Kali

Menstrual cup dan tampon sepertinya belum familiar di Indonesia. Banyak perempuan Indonesia yang pakai pembalut. Sepertinya ini terkait dengan norma keperawanan yaitu enggak boleh memasukkan apapun sebelum menikah. Selain itu, menstrual cup atau tampon susah ditemukan juga.

Salah satu merk menstrual cup. Dok. Pribadi

Keinginan saya pakai menstrual cup sudah lama, tapi banyak pertimbangan seperti bingung belinya di mana, takut memakainya, serta harganya yang cukup mahal. Akhirnya saya membulatkan niat saya untuk "hijrah" dari pembalut biasa ke menstrual cup karena semakin prihatin dengan kondisi bumi yang banyak sampah. 

Kenapa pilih menstrual cup

Sebenarnya, kalau alasannya pengen mengurangi sampah, saya bisa pakai menstrual pad atau pembalut kain. Tetapi, saya sudah punya beban cuci clodi anak saya, jadi saya malas harus cuci-cuci lagi. Selain itu, sejak pakai IUD, menstruasi saya banyak banget. Selain jadi harus sering ganti dan pakai pembalut panjang, saya juga sering tembus saat pakai pembalut biasa. Maka, saya jadi takut menstrual pad enggak bisa menampung, terus males aja gitu terasa basah.

Selain itu, katanya daya tampung menstrual cup ini bisa sampai 6-12 jam, tergantung dari banyaknya menstruasi ya. Tapi, mari kita coba dan ketahui hasilnya di akhir tulisan ini.

Bagaimana cara memilih menstrual cup?

Jadi, mulanya saya pilih-pilih menstrual cup di Tokopedia. Di situ terlalu banyak pilihan. Dari yang murah banget sampai yang mahal banget. Saya jadi bingung, mana yang bagus? Dan saya juga sanksi apakah yang murah itu bahannya aman buat saya? Secara menstrual cup masuk ke bagian dalam tubuh.

Tahun ini, saya lagi tertarik banget sama zero waste alias gaya hidup minim sampah. Setelah banyak browsing, saya ketemu akun Instagram Sustaination. Selain edukasi tentang zero waste, akun ini jualan menstrual cup dari OrganiCup. Jadi, saya beli di website-nya Sustaination.

Packaging yang ramah lingkungan karena semua tulisan ada di kardus.

Sustaination enggak cuman jualan. Dia juga ngejelasin secara detail tentang cangkir menstruasi ini. Akhirnya, keputusan saya bulat untuk beli OrganiCup, walau harganya lumayan mahal yaitu Rp400.000!

Menstrual cup punya dua size yaitu size A dan size B. Size A direkomendasikan untuk orang yang belum pernah berhubungan seksual atau lahir secara cesar. Size B ukurannya lebih besar, sehingga direkomendasikan untuk orang yang sudah melahirkan secara vaginal. Karena saya lahiran secara cesar, maka saya pilih size A.

Cara pakai menstrual cup pertama kali

Saya latihan pakai menstrual cup sebelum menstruasi datang, jadi supaya nanti siap saat kejadian. Mulanya memang deg-degan. Tapi setelah dipikir-pikir, walaupun saya enggak melahirkan secara vaginal, tetapi ini vagina udah dimasukkin segala macem, dari tangan dokter/suster saat periksa pembukaan sampai corong saat pasang IUD di puskesmas lalu. Jadi, enggak masalah ya. Hahaha.

Saya baca-baca dulu petunjuk dari OrganiCup, lihat video tutorial di YouTube cara memasukkan dan mengeluarkannya, terus coba-coba metode melipat menstrual cup-nya terlebih dahulu. Setelah tahu, baru deh saya coba masukkin ke vagina.

Triangle-fold

Punch-down fold

C-fold, penampakan dari atas

C-fold. Penampakan dari samping

Diamond-fold yang ribet


Kuncinya adalah rileks. Jadi ketika saya masukkan ke vagina, saya enggak mikir macem-macem. Saya jongkok, tarik nafas panjang, masukkan perlahan, lalu raba bagian bawah cup-nya untuk memastikan enggak ada yang terlipat. Kalau terlipat, ini bisa mengerjakan kebocoran saat menstruasi.

Saya coba beberapa teknik melipat menstrual cup. Yang paling cocok adalah punch-down fold. Saya coba berdiri dan bergerak-gerak. Setelah puas coba, saya latihan melepasnya. Caranya, jongkok kemudian mengeden seperti mau BAB. Nanti akan terasa menstrual cup-nya agak turun. Di situ, saya cubit bagian bawah cup (bukan batangnya) dan tarik perlahan.

Kesimpulannya, tidak sakit dan enak banget dipakai! Sama sekali enggak kerasa ada yang mengganjal. Ah, I wish I knew of this earlier! Pasti hemat banget dan enggak membebani bumi dengan sampah. Apalagi saya masih berenang saat menstruasi karena enggak perlu takut keluar.

Pakai menstrual cup pertama kali saat menstruasi datang

Akhirnya setelah 3 minggu menunggu, si menstruasi datang juga. Saya deg-degan dan excited. Saya aplikasikan langkah-langkah di atas, tapi tidak terasa seenak waktu latihan di awal. Saat masuk, rasanya ada yang mengganjal. Mungkin karena posisinya belum tepat.

Enam jam kemudian, saya keluarkan menstrual cup-nya dan saya cuci. Banyaknya menstruasi saya di hari pertama itu 1/4 cangkir. Setelah dicuci pakai air mengalir, saya masukkan lagi. Rasanya masih kurang pas di vagina.

Nah, pas masuk hari ke-2 yaitu saat menstruasi sedang banyak-banyaknya, cangkir menstruasi saya sudah 1/2 penuh dalam waktu 3 jam saja. Saya harus rutin ganti tiap 3 jam, karena bocor kalau saya biarkan lama-lama. Nah, ini masih trial and error untuk peletakan posisinya. Mungkin menstrual cup untuk pemakai IUD lebih cocok pakai OrganiCup size B.

Ya udah enggak apa-apa. Meski sering ganti, toh saya enggak nyampah juga. Selain itu, saat pemakaian di hari ketiga, saya udah lebih terampil. Sama sekali enggak berasa ada yang mengganjal dan celana dalam terasa kering! Seneng deh.

Saya sih menyarankan banget-banget pakai menstrual cup ini untuk pembaca perempuan saya. Memang terasa mahal di awal, tetapi kalau dihitung-hitung lebih murah kok. Selain itu, kita bisa jaga kesehatan bumi bareng. :)

Selain itu, cangkir ini hanya perlu disteril sebulan sekali setelah siklus menstruasi selesai. Caranya, rebus di panci selama 3-5 menit. Pastikan cangkir menstruasinya enggak terkena bagian bawah panci. Terus, pakai panci terpisah yaa agar tidak tercampur dengan makanan. Kan nanti geli juga. Hehe.

Apakah kamu berniat coba atau justru sudah? Share pengalamannya sama dong! 

Nia Janiar

Seorang penulis yang bekerja di agensi kreatif di Jakarta. Pernah bekerja sebagai jurnalis di salah satu media ternama di Indonesia. Percaya dengan tulisan sederhana namun bermakna. Tulisan dari hati akan sampai ke hati lagi. Di sela kesibukan menjalani passion menulis dan home maker, senang baca buku sastra Indonesia dan mengunjungi pameran seni. Senang berkenalan dengan pembaca.

22 Comments

Komentar di blog ini akan dimoderasi agar penulis dapat notifikasi komentar terbaru.

  1. masih ngeri mau pakai ini. tapi kayaknya malah lebih praktis ya ketimbang pakai pembalut biasa

    ReplyDelete
    Replies
    1. Iyaa, lebih praktis dan kering :)

      Delete
  2. Pertama kali tahu produk ini sayanya langsung mikir sih itu gimana cara pakainya. Tapi dari review-review yang saya baca, ternyata gak seram-seram amat kok. (((seram)))

    Tertarik sih, soalnya kan lebih hemat. Walaupun bakal keluar uang lebih besar dulu di awalnya. Selain itu juga lebih ramah lingkungan. Bye bye sampah pembalut sekali pakai.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Benerr.. memang terasa berat di awal, tapi kayaknya justru lebih hemaat :D

      Delete
  3. Sayaudah pengen coba ndari bbrp waktu lalu. Masih maju mundur. Mu

    ReplyDelete
    Replies
    1. Ayo, majuu.. gak sakit kok. Hehee..

      Delete
  4. Ini kenapa baru baca aja udah deg2an banget yak? Wkwk..thanks inpohnyaa say😍

    ReplyDelete
  5. Baru beberapa hari yang lalu sempat kepengen cobain menstrual cup ini tapi masih bingung belinya di mana. Baru di sini nih ketemu informasi kalau bisa dipesan di websitenya Sustaination. Tadi aku sudah buka webnya juga.

    Berarti buat latihan memang mengikuti cara seperti Mbak Nia gitu, ya? Coba-coba pakai sebelum menstruasi. Aku juga perempuan yang sering nggak nyaman pakai pembalut. Ada sih pembalut yang terasa nyaman dan nggak bikin gatal tapi harganya haduuuh, lumayan mahal.

    Ini berarti kan mahal di awal aja, ya. Thanks infonya ya, Mbak. Mau beli ah meskipun sambil deg-degan nanti cobainnya, wkwkwkw ...

    ReplyDelete
    Replies
    1. Iya, mba.. harus latihan dulu biar udah jago dan luwes saat mensnya datang. Hihi. Bener mba, pembalut kadang bikin gatal yaa.. :(

      Delete
  6. Aku pernah lihat produk ini, tepatnya sering seliweran ngiklan di Fb haha,, kayaknya menarik buat dicoba deh. Thanks ya Mbak reviewnya!

    ReplyDelete
  7. Mbak itu bisa awet berapa lama ya? Soalnya kan mahal yaa hehe. Thankyou infornya kebetulan aku juga lg pengen coba karena pengen mgurangin sampah

    ReplyDelete
  8. Saya udah hampir setengah tahun pake, dan betul=betul nyaman. Tibet di awal aja karena belum terbiasa. Imo, dysmenorrhea juga jauh berkurang. Worth to buy sih ini. Mengingat bisa dipake bertahun-tahun.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Wah, jadi berkurang ya? Karena aku baru sebulan pake, belum kerasa signifikan. Iyaa, mana lagi mereka juga klaimnya bisa 10 tahun.

      Delete
  9. Kalo abis penuh, trs dicuci, wkt mau pakai lagi mesti dikeringin dulu atau langsung pakai wkt msih basah?

    ReplyDelete
    Replies
    1. Langsung pakai masih basah ajaa..

      Delete
  10. Lagi nyari2 review Organicup di Google trus nyasar ke sini. Thanks buat postnya yang luengkap banget ya~ Jadi ga sabar Organicup ku dateng. ^_^

    ReplyDelete
    Replies
    1. Yeaay.. semoga lancaarrr.. :) :)

      Delete
  11. Makin mantap mau beli, makasih reviewnya mba

    ReplyDelete
  12. Anonymous1:50 AM

    Udah kepengen nyobain tapi ngga tau bisa apa nggak untuk umur 14 th kaya aku :((

    ReplyDelete
Previous Post Next Post

Contact Form