No Minder Minder Club!


"Auranya maghrib banget!"

Ada yang sering baca kalimat itu di media sosial?

Kalau belum tahu, komentar itu sering muncul di akun orang-orang dengan kulit sawo matang atau gelap. Kata 'magrib', yang biasanya menggambarkan waktu salat saat matahari terbenam, diubah jadi alat untuk merendahkan orang lain karena warna kulitnya.

Nggak cuma itu, netizen juga sering berkomentar, "mending mandi dulu," seolah-olah kulit gelap sama dengan kotor.

Duh, di saat dunia makin memeluk diversity, ini masih saja ributin masalah kulit gelap. Sementara brand-brand kosmetik luar itu sudah memasukkan warna kulit gelap di dalam campaign-nya. Bahkan banyak model kulit gelap yang enggak kalah cantiknya.

Lagian ini di Indonesia yang naturalnya berkulit kuning langsat dan sawo matang, tapi kok kekeuh bener memaksakan kehendak kalau semua orang harus putih sesuai standarnya?

Sempat tidak pede

Saya jadi teringat masa kecil saya di sekolah dasar, di mana saya sering diejek karena warna kulit saya yang gelap. Saya dipanggil "Irian Jaya," "hula-hula," "virus." Ketika remaja, gebetan saya pernah bilang, "Kamu cantik kalau kamu putih." (Sekarang saya sadar komentar ini sungguh cringe dan iyuh banget).

Saat itu pasti bikin sedih. Saya sering bertanya-tanya kenapa kulit mama saya terang sementara saya tidak.

Saya juga mencoba menutupi ketidakpercayaan diri dengan memakai baju-baju berwarna netral, biar nggak terlihat kontras di kulit. Saya juga nggak mau pakai perhiasan emas karena kombinasi warna coklat-emas tampak nggilani.

Sadar kualitas diri

Namun, kekhawatiran saya tentang warna kulit semakin memudar ketika saya beranjak dewasa. Di dunia kuliah, teman-teman sudah tidak melihat orang lain secara fisik, tetapi lebih ke kepribadian dan kualitas yang kita punya. Mereka mulai menghargai saya karena kemampuan memimpin, pengetahuan saya, dan kepribadian saya.

Di dunia kerja, saya dihargai karena kemampuan menulis dan memiliki pengetahuan di luar pekerjaan, sehingga bisa jadi teman ngobrol yang menyenangkan.

Setelah saya tahu kualitas diri saya, warna kulit tidak lagi membatasi saya dalam bergaul. Saya juga pede pakai baju berwarna yang menabrak (seperti di atas). Saya suka color blocking karena menurut saya itu artsy. Terserah orang mau bilang norak atau tidak cocok pada kulit, karena permasalahannya ada di mata mereka, bukan di mata saya.

Pede pakai warna gonjreng

Jadi, buat teman-teman yang usianya jauh lebih muda dari saya dan masih nggak pede dengan warna kulit gelapnya, saya sarankan untuk lebih fokus pada meningkatkan kualitas diri dan kelebihan lainnya yang kalian punya. Abaikan kata "auranya magrib" atau "mandi dulu" karena itu kalimat sungguh enggak penting, tidak perlu dipertimbangkan, dan sangat menunjukkan kualitas yang berbicara.

Nia Janiar

Seorang penulis yang bekerja di agensi kreatif di Jakarta. Pernah bekerja sebagai jurnalis di salah satu media ternama di Indonesia. Percaya dengan tulisan sederhana namun bermakna. Tulisan dari hati akan sampai ke hati lagi. Di sela kesibukan menjalani passion menulis dan home maker, senang baca buku sastra Indonesia dan mengunjungi pameran seni. Senang berkenalan dengan pembaca.

5 Comments

Komentar di blog ini akan dimoderasi agar penulis dapat notifikasi komentar terbaru.

  1. Wah, aku termasuk yang cuek dengan oenampilan, tp anakku suka gak pese dengan kulit gelapnya, semua cream dicoba . Tapi sekarang setelah kerja dia gak seribut dulu lagi. Malah aku lihatnya auranya lbh cantik

    ReplyDelete
    Replies
    1. Kalau udah pede, pasti orang jadi kelaitan lebih cantik yaa

      Delete
  2. asli dah aku tuh penasaran waktu pertama kali membaca di sosmed kata-kata "aura magrib". kok ya bisa bisanya nemu kata-kata itu. Lama-lama aku jadi paham maksud dari mereka ngomongin dengan sebutan itu. Ga punya perasaan gitu kalau ngomong,padahal orang komen di sosmed juga ga semuanya mengenal.



    setuju banget mbak, aku setuju kalau lebih memilih meningkatkan kualitas diri. kecantikan kita terpancar gitu. Ga semua orang punya dan bisa melakukan skill yang kita punya

    ReplyDelete
    Replies
    1. Bener mba, setiap orang punya kelebihan dan kekurangan masing-masing yaa..

      Delete
  3. Relate sangaaaaat dengan iniii 😍👍. Dulu pas sekolah dari SD aku tuh udah minder ama warna kulit ku mba.. Krn bisa dibilang gelap sendiri di banding teman2 yg lain, pada putih. Sampe2 aku prefer pake baju lengan panjang supaya menutupi tangan. Seneng banget pas SMP dan smu wajib jilbab yg muslim, krn dulu aku sekolah di Aceh. Jd dengan jilbab bisa nutupin warna lenganku setidaknya.

    Trus utk muka pastilah cari skin care yg bisa memutihkan 😂. Segitunya banget.

    Ternyata pas aku kuliah di Malaysia, kampus ku international, jd banyak foreign students dan lecturers nya juga dr Luar kebanyakan. Mostly kulit gelap. Ada 1 dosen yg eksotis bangetttt. Cantik sexy, mirip Shakira. Dan kulit dia gelap 😍😍. Di situ aku jd sadar warna kulit itu semuanya cantik.

    Tinggal kitanya aja yg mau merawat atau tidak. Ga usah kemakan ama orang2 yg bilang cuma kulit putih yg cantik. Petty minded banget, dan bodoh yg bilang begitu.. Pasti mainnya ga jauh 😂

    ReplyDelete
Previous Post Next Post

Contact Form