Ketika Indra Menyimpan Ingatan


Belakangan ini, saya dan suami lagi suka banget minum kopi pakai krimer. Biasanya sih kami cuma minum kopi hitam yang digiling kasar tanpa gula. Tapi sejak saya sering bikin es kopi susu sendiri di rumah (pakai Nescafe, fiber creme, sweetener, dan susu), saya jadi nyetok krimer, dan suami pun ikutan nyeduh.

"Aku lebih suka minum kopi sama krimer aja, tanpa susu," katanya waktu kami lagi ngobrol di teras malam-malam setelah saya pulang kerja.

Dia melanjutkan, "Soalnya aku jadi inget, dulu bapak sering nyetok krimer waktu kita masih tinggal di rumah Tangerang. Kopinya juga Nescafe botol kaca, krimernya di botol."

Bayangan Nescafe dan krimer di dalam botol, serta rasa kopi bercampur krimer di lidah, langsung membawa suami saya ke kenangan masa lalu bersama almarhum bapaknya. Saya jadi cukup terharu mendengarnya, apalagi mengingat bapaknya sudah lama berpulang (saya sempat ketemu sebelum kami menikah), jadi beliau nggak sempat melihat suami saya yang sekarang sudah berkeluarga dan punya anak.

Hubungan suami dengan bapaknya dulu bisa dibilang bittersweet. Bapaknya seorang kepala sekolah yang disegani, termasuk oleh anak-anaknya sendiri, jadi mereka nggak terlalu dekat. Tapi seiring waktu, suami saya mencoba lebih mendekat dan sering berdiskusi dengan bapaknya, sehingga hubungan mereka pun jadi lebih hangat.

Indra menjadi lorong waktu

Apakah kalian pernah melihat, merasa, atau mencium sesuatu, lalu tiba-tiba ingat masa kecil?

Saya sering banget mengalami hal ini. Misalnya, parfum Zara milik salah satu teman kantor saya selalu mengingatkan saya pada rumah saudara di Cianjur yang sering saya kunjungi waktu kecil. Parfum tersebut ada aroma melati dan powdery yang lembut dan halus. Saya enggak tahu pasti apa yang bikin rumah beraroma seperti itu, mungkin itu berasal dari pengharum lantai atau pewangi ruangannya.

Atau yang paling baru-baru ini, ketika saya duduk bersebelahan dengan seseorang di kereta. Parfum yang dia pakai punya aroma fresh dan soapy, mirip banget dengan wangi orang yang baru keluar dari kamar mandi atau baju habis di-laundry. Ini langsung bikin saya ingat aroma mandi yang baru kena air hangat dan sabun di rumah masa kecil.

Selain saya, teman kantor saya juga pernah mengingat masa kecilnya saat dia makan oseng tahu yang dimasak pakai kemiri dan daun melinjo. "Ini enak banget! Dulu waktu aku kecil sering makan ini," katanya berulang kali. Saya jadi penasaran dan ikut coba, tapi jujur saja, saya enggak ngerti di mana enaknya karena rasa tumisan daun melinjo itu asing buat saya.

Kita bergantung pada mata, tapi hidung yang banyak menyimpan memori

Aneh tapi nyata, indra yang paling sering kita andalkan, yaitu penglihatan, ternyata justru yang paling menyimpan ingatan. Para ilmuwan memperkirakan bahwa kita hanya mengingat sekitar 5% dari apa yang kita lihat, tapi bisa mengingat hingga 35% dari apa yang kita cium. 

Ini karena indra penciuman kita sangat erat kaitannya dengan hippocampus, bagian otak yang menyimpan memori. Indra penciuman juga terkait erat dengan sistem limbik, yang membantu pembentukan memori dan pengenalan bau. Bahkan di penelitian terbaru, 83% peserta mengakui bahwa aroma tertentu bisa mengingatkan mereka pada kenangan indah.

Bener juga sih kalau dipikir-pikir, saya jarang teringat jauh ke masa kecil hanya dari melihat sesuatu. Tapi kalau soal bau, ingatan saya langsung terbang ke masa lalu. Contohnya, ketika mencium bau kembang tahu, tiba-tiba gambaran masa kecil muncul di pikiran: sore hari di Jl. Taman Pramuka yang dikelilingi pohon beringin yang rindang, penjual kembang tahu memikul dagangannya dan berhenti di depan pintu garasi, lalu dia membelah kembang tahunya dengan sendok, dan rasanya hangat mengalir di tenggorokan.

Bisa dilatih

Katanya kemampuan mengingat sesuatu dari rasa dan bau itu bisa dilatih dengan latihan sederhana. Misalnya, saat menikmati secangkir kopi di pagi hari, cobalah untuk benar-benar memperhatikan aroma kopi, rasanya di lidah, dan bahkan suara percikan saat menuangkan air panas ke cangkir. 

Kemudian pengalaman ini bisa dicatat dalam sebuah jurnal. Dengan rutin melakukan latihan ini, kita enggak hanya akan lebih menikmati momen-momen sehari-hari, tetapi juga melatih indra untuk menjadi lebih peka.

Mungkin latihan ini berguna buat para penulis yang ingin menajamkan tulisan fiksinya, atau orang-orang yang bekerja di bidang kopi atau teh.

Ngomong-ngomong tentang bau, saya jadi bertanya-tanya, aroma rumah atau aroma makanan seperti apa yang terekam dalam indra anak saya sekarang, yang nanti akan membawanya kembali ke masa kecil saat ia sudah besar?



-----------------

Foto dari Unsplash

Nia Janiar

Seorang penulis yang bekerja di agensi kreatif di Jakarta. Pernah bekerja sebagai jurnalis di salah satu media ternama di Indonesia. Percaya dengan tulisan sederhana namun bermakna. Tulisan dari hati akan sampai ke hati lagi. Di sela kesibukan menjalani passion menulis dan home maker, senang baca buku sastra Indonesia dan mengunjungi pameran seni. Senang berkenalan dengan pembaca.

Post a Comment

Komentar di blog ini akan dimoderasi agar penulis dapat notifikasi komentar terbaru.

Previous Post Next Post

Contact Form