Pengalaman Konsul ke Dokter Ortopedi Pakai BPJS

Satu bulan terakhir ini, saya sedang suka main badminton sama ibu-ibu komplek perumahan. Kami berlatih seminggu dua kali. Genap satu bulan, kami terima undangan sparring dari perumahan lain. Saya pun ikut main. Awalnya sih baik-baik saja, tapi kaki saya terkilir pas permainan ke-2. Wah, sial, saya jadi susah jalan deh.

Banyak orang yang merekomendasikan saya untuk pergi ke tukang urut. Saya lebih pilih periksa ke dokter karena berbagai alasan. Pertama, mungkin beberapa orang sembuh ke tukang urut, tapi ada juga yang makin parah setelah dipijat—salah satunya teman TKnya anak saya. Kedua, saya perlu pertanggungjawaban berupa surat sakit dari dokter untuk kantor.

Suasana ruang pendaftaran

Tapi apakah kaki terkilir ini bisa dicek konsul ke dokter ortopedi dan ditanggung BPJS? Jawabannya bisa. Beberapa anggota keluarga saya pernah jatuh dan tulangnya patah, kemudian mereka dipasang pen, dan ini ditanggung oleh BPJS.

Birokrasi BPJS

Saya pergi dulu ke puskesmas untuk meminta surat rujukan (di sana satpam dan pasien lain menyarankan untuk pergi ke tukang urut, tapi untung dokternya enggak menyarankan. Kalau sampai iya, bakal tak pentung karena petugas medis kok nyuruh ke tukang urut). Prosesnya lancar banget, saya bisa pergi ke rumah sakit rujukan di hari yang sama.

Saya memilih RS Siloam Kelapa Dua. Alasannya karena beberapa tetangga pergi ke sana, dan bilang layanannya sangat oke. Setelah mengarungi perjalanan nan berdebu selama 30 menit, ternyata dokternya sudah full pasien dan tidak ada dokter ortopedi yang praktik di sore hari. Akibatnya saya, dengan terseret-seret, harus pulang lagi. Namun, untungnya si customer service mendaftarkan saya di keesokan harinya dan ternyata tinggal 1 kuota pasien lagi. Saya beruntung!

Sesuai dengan jadwal, besoknya saya datang lagi ke rumah sakit. Saya datang agak siang. Kirain antrean sudah makin sedikit, ternyata enggak juga lho, masih ada 90 orang lagi sebelum saya. Saya jadi khawatir kalau si dokter sudah keburu pulang, sementara saya masih stuck di tempat pendaftaran.

Untungnya pihak Siloam memanggil pasien-pasien yang mau daftar ke dr. Hendra—dokter ortopedi yang mau saya kunjungi. Mungkin mereka sadar kalau pasiennya yang daftar banyak tapi kok baru dikit yang nongol di depan ruang praktik. Syukurlah, saya enggak perlu khawatir ketinggalan dokter.

Bertemu dokter ortopedi

Begitu masuk ke ruangan, saya menyatakan keluhan saya. Setengah rebahan dan kakinya dicek, beliau meminta saya untuk segera ronsen di lantai bawah. Saya pun foto ronsen. Dari hasil foto tersebut, alhamdulillah tidak ada patah atau keretakan, namun ternyata ligamen saya yang kena.

Meski ia cukup ramah, dokter Hendra menjelaskannya dengan singkat dan padat. Jadi, saya sarankan untuk kalian banyak-banyak bertanya kalau ketemu beliau. Ia juga menyarankan saya untuk memakai dua tongkat, tidak menapakkan kaki yang sakit, dan dikompres pakai air dingin. Ia juga memberikan obat penguat otot, obat penahan nyeri, dan obat lambung. Ia juga bilang saya harus kontrol seminggu kemudian.

Pengambilan obat

Proses pengambilan obatnya lumayan lama. Agak bete juga sih di sini. Namun petugasnya ramah dan baik sekali dalam menjelaskan. Saya melihat ada nenek-nenek tua sendirian yang kurang mengerti tentang alergi obat, tetapi petugasnya menjelaskan dengan sabar. Good job!

Jadi, kalau sakit tulang, baik karena virus, bakteri, atau kecelakaan, enggak usah ragu untuk datang ke dokter ya karena bisa dironsen seberapa parah sakitnya. Apalagi sekarang ada BPJS, sehingga pasien bisa mendapatkan pelayanan ini secara gratis. Khusus untuk Siloam Kelapa Dua ini juga tidak membeda-bedakan antara pasien BPJS dan pasien umum. (Ini bukan endorse ya, tapi kalau pihak Siloam baca ini, boleh banget kalau mau pasang iklan, hehe).

Satu-satunya yang jadi PR bagi pasien BPJS yang berobat di sini adalah kita harus meluangkan banyak waktu dan kesabaran saat menunggu antrean. Jadi, siapkan baterai hp, bawa earphone, bawa buku, bawa camilan! :D

Nia Janiar

Seorang penulis yang bekerja di agensi kreatif di Jakarta. Pernah bekerja sebagai jurnalis di salah satu media ternama di Indonesia. Percaya dengan tulisan sederhana namun bermakna. Tulisan dari hati akan sampai ke hati lagi. Di sela kesibukan menjalani passion menulis dan home maker, senang baca buku sastra Indonesia dan mengunjungi pameran seni. Senang berkenalan dengan pembaca.

1 Comments

Komentar di blog ini akan dimoderasi agar penulis dapat notifikasi komentar terbaru.

  1. Emang sih sebaiknya ke dokter biar bs dirontgen shg tahu mana yang gak bener. Gak asal urut saja

    ReplyDelete
Previous Post Next Post

Contact Form