Pilah Sampah Sisa Makanan dan Sampah Kering di Rumah

Banyaknya sisa sampah domestik atau sampah rumah tangga dari rumah yang menumpuk di tempat pembuangan akhir (TPA) cukup bikin suami dan saya concern. Apalagi sampah sisa makanan yang enggak diolah bisa menghasilkan gas metana dan meledakan TPA—seperti ledakan di TPA Leuwigajah yang terjadi tahun lalu. Selain itu, sampah kering yang tidak dipilah juga bisa bikin TPA menumpuk.

Buang sisa makanan di biopori

Saat pertama kali menempati rumah baru, saya dan suami bercita-cita ingin mengompos sampah sisa makanan. Kami sempat terpikir untuk membeli satu paket wadah komposter dari Sustaination. Tapi karena harganya lumayan mahal dan harus ada upaya untuk mengaduk sampahnya, kami mengurungkan niat. Ide membuat lubang biopori pun sempat terlintas, tetapi kami tidak punya bor tanahnya. Akibatnya, realisasi mengompos sisa makanan tertunda cukup lama.

Hingga akhirnya suami saya tahu bahwa pihak pengembang perumahan punya bor tanah. Suami saya jadi semakin semangat mewujudkan cita-cita kami bikin lubang biopori. Akhirnya, dengan bantuan tetangga, suami saya membuat beberapa lubang biopori di dekat rumah.

Dok. Pribadi

Kami memilih biopori karena beberapa alasan: 1) Sampah tidak perlu diaduk, 2) Kami tidak perlu melihat maggot, 3) Jika berbau pun, kami tidak akan menciumnya karena letaknya tidak ada di dalam rumah, 4) Praktis, karena tinggal cemplungin sisa makanan hingga penuh, dan tunggu saja beberapa bulan hingga jadi kompos.

Selain untuk mengompos, lubang biopori juga banyak manfaatnya, seperti bantu penyerapan air. Cacing-cacing dari sampah itu nantinya akan membuat lubang-lubang di tanah. Nah, lubang-lubang itulah yang akan membantu penyerapan air.

Pilah sampah kering

Untuk sampah kering, kami pilah sendiri di rumah dan dicuci dulu sebelum dibuang. Jika sudah penuh, suami saya akan memastikan pilahannya sudah terbagi antara sampah plastik bening, plastik berwarna, sampah botol, sampah kardus, dan sampah kotor yang tidak bisa dijual seperti bumbu minyak bekas mi instan.

Pilah sampah kering di rumah. Dok. Pribadi

Khusus sampah botol minum sekali pakai. Dok. Pribadi

Bak sampah kering sementara di perumahan. Dok. Pribadi

Untungnya, perumahan saya ini sadar dan punya semangat menjaga lingkungan, sehingga para bapak-bapaknya membuat bak sampah sementara untuk menampung sampah kering. Secara bergantian di tiap minggunya, mereka akan menjual sampah-sampah ini ke pengepul. Uang hasil dari penjualan tersebut masuk ke kas perumahan.

Tak hanya sampah kering yang dijual, kami juga menjual minyak jelantah atau minyak sisa gorengan. Para ibu-ibu akan mengumpulkan sisa minyak tersebut di jerigen di rumah masing-masing. Jika sudah penuh, maka akan secara kolektif dijual. Uangnya juga masuk ke kas perumahan.

Sisa sampah menurun drastis

Menurut suami saya, dia bilang total sampah yang kami buang ke bak sampah itu jauh berkurang daripada sebelumnya. Jika sebelumnya kami membuang 7 kantong plastik berisi sampah yang tidak terpilah, kini kami hanya membuang satu kantong plastik sampah kering yang tidak bisa dijual seperti tisu, kapas, dan lainnya.

Semoga upaya-upaya kecil kami bisa berdampak pada lingkungan, dan menciptakan efek domino juga. Kami juga ingin upaya ini bisa dicontoh oleh anak kami sih. Supaya saat ia besar nanti, dia punya kebiasaan memilah sampah untuk masa depan yang lebih baik. Hehe.


Baca artikel lainnya tentang Keberlanjutan:

Nia Janiar

Seorang penulis yang bekerja di agensi kreatif di Jakarta. Pernah bekerja sebagai jurnalis di salah satu media ternama di Indonesia. Percaya dengan tulisan sederhana namun bermakna. Tulisan dari hati akan sampai ke hati lagi. Di sela kesibukan menjalani passion menulis dan home maker, senang baca buku sastra Indonesia dan mengunjungi pameran seni. Senang berkenalan dengan pembaca.

4 Comments

Komentar di blog ini akan dimoderasi agar penulis dapat notifikasi komentar terbaru.

  1. seneng liatnya kalau satu komplek perumahan punya misi yang sama
    ditempatku untuk sampah-sampah rumah tangga masih diambil sama bapak tukang sampah langganan se-perumahan, tiap tiap rumah kalau buang sampah ditaruh di bak sampah depan rumah dan yang memilah bapak tukang sampahnya, jadi belum ada aksi seperti ini

    ReplyDelete
  2. Iya, mba.. alhamdulillah. Meski belum 100% semua warganya ikutan, tapi semangatnya udah ada. Mudah2an ke depannya yang ikutan bisa lebih banyak.

    ReplyDelete
  3. Aku sudah lilah2 sampah, ngajak tetangga gak respon, jadi jalan sendiri saja

    ReplyDelete
  4. Pengen banget2 sbnrnya bikin biopori mba. Tapi krn rumahku ga ada halaman tanah jadi ga bisa. Yg di apartemen apa lagi 😅. Padahal baguus banget manfaatnya utk lingkungan yaa.

    Palingan skr ini aku pake cara lain yg mengunakan alat yg dipasang di pipa wastafel cuci piring yg bisa mengubah sampah makanan jadi cairan yg langsung dibuang. Jadi ga menumpuk dan bau. Mengurangi sampah makanan juga.

    Minyak jelantah juga aku jual ke pengepul. Ga sembarangan lg buang di wastafel.

    Semoga sih banyak orang semakin sadar pentingnya menjaga lingkungan dari sampah

    ReplyDelete
Previous Post Next Post

Contact Form